Sering kali kita lelah dengan semua yang terjadi dalam kehidupan. Kadang kala kita mengeluh ataupun jengah dengan rutinitas yang sepertinya monoton dan begitu-begitu saja. Bahkan, tak ubahkan kita merasa semacam robot yang menjalankan tugasnya. Belum lagi deadline kegiatan yang merayap seperti kereta. Eh, jadi ingat salah satu judul buku dan film fenomenal: Arini, Masih Ada Kereta yang Akan Lewat hehe… Adakah yang salah?
Sahabat beauty, pernahkan mendengar kalimat simbah-simbah terdahulu: Lakoni sek iso dilakoni. Garapen seko sek gampang. Tampaknya memang terkesan sedikit klise tetapi menjadi kalimat yang ajaib dan tepat saat kita bingung akan memulai mengerjakan dari bagian yang mana. Biasanya sih kita cenderung lebih suka mengerjakan sesuatu yang mudah daripada yang sulit. Betul apa betul? Hehe… Artinya, sebenarnya set up dan alarm tubuh kita sendiri sudah memiliki kepekaan untuk menilai prioritas dan sesuatu yang bisa dinomorkan dua belas. Petuah inipun tampaknya sesuai untuk kembali menyemangati diri sendiri yang mungkin lelah diterpa badai rutinitas tanpa batas. Atau mungkin kita bisa kembali ke titik awal dengan sedikit menengok maupun mundur beberapa langkah ke belakang untuk mencari tempat yang pas dan sesuai untuk memulai. Untuk untuk menyatakan diri kalah atau berserah tetapi kalau bahasa Jawanya mengambil ancang-ancang (patokan) untuk melesat lebih kencang.
Aku masih ragu cara menetukan prioritas!
Baik, mari kita sedikit menguliti dari dasar atau entitas dari prioritas itu sendiri. Prioritas adalah sesuatu yang penting dan bernilai. Sesuatu yang penting dan memiliki nilai lebih harus didahulukan dibanding dengan sesuatu yang skalanya mungkin di bawahnya. Cara kita menentukan skala prioritas biasanya juga dipengaruhi oleh jam terbang. Semakin sering seseorang berkomunikasi dan membuat keputusan dengan pertimbangan, biasanya pola pikir akan terasah dengan sendirinya. Lagi-lagi saya berbicara tentang set up dan alarm tubuh. Ya bisa dikatakan bahwa tubuh kita akan merespon sesuai dengan yang kita pikirkan dan rasakan. Oleh karena itu, kita sebaiknya juga membuat kebiasaan untuk selalu on dalam setiap situasi agar lebih mudah menentukan skala prioritas sehingga lebih mudah mudah pula menentukan hal-hal yang akan kita lakukan. Mudah bukan? Agak hehe… Hanya perlu waktu saja untuk terbiasa.
Kedua, bagaimana caranya agar kita tidak terjebak dalam rutinitas adalah dengan melakukan sesuatu yang tidak seperti biasanya. Misalnya, kita terbiasa bangun jam 6 pagi. Melakukan aktivitas pembersihan diri, sarapan, dan diakhiri dengan berangkat kerja atau mengurus rumah tangga. Cobalah sekali waktu bangun lebih awal saat subuh berkumandang. Rilekskan otot-otot yang kaku, lakukan gerakan olah raga ringan, nikmati udara pagi, kalau perlu dapat pula mendengarkan musik yang lembut ataupun musik yang beat agar hari-hari kita lebih bersemangat. Sepertinya bukan hal yang susah kan ya…
Ketiga, luangkan waktu untuk menikmati keadaan dan bersyukur dengan setiap kejadian. Seringkali rasa kecewa yang datang adalah karena harapan yang terlalu berlebihan. Rasa kesal yang menghampiripun bisa jadi karena kita kurang siap terhadap kemungkinan perubahan. Padahal, rumus tak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri sebenarnya sudah lama dihafal. Jadi sebenarnya tinggal kita yang pandai menyiasati untuk menikmati setiap prosesnya. Berharap boleh tapi tidak usah terlalu muluk-muluk. Kata orang tua lagi: ndak disampluk pesawat hehe…